Hari Sabtu 26 Juli kemarin Hochi meninggal. Anjing kesayangan kami yang memberikan 3 bulan paling berharga dalam hidup kami berdua. Mungkin Hochi memang hanya seekor anjing, tapi buat kami Hochi lebih daripada sekedar anjing. Dia sudah jadi salah satu anggota dalam keluarga kecil ini yang memberi begitu banyak kebahagiaan dan keceriaan di rumah. Rasanya rumah ga pernah sepi kalau ada Hochi. Rasa-rasanya waktu 3 bulan ini terlalu singkat untuk kita nikmati bersama.
Seperti yang pernah saya ceritakan di postingan sebelumnya kalau Hochi waktu itu sedang dirawat inap di klinik hewan untuk perawatan Demodex. Setelah 1 minggu disana, dokter bilang Hochi sudah bisa dibawa pulang dan rawat jalan saja. Jadilah hari Jumat malam kita jemput Hochi di klinik. Begitu masuk pagar tempat dokter praktek, Hochi sudah menanti dengan setia di depan pintu dan siap menyambut kita berdua. Kita kangen, Hochi juga kangen :’) Sebelum pulang, dokter sempat periksa Hochi sebentar dan ngasih tau treatment selanjutnya yang harus dilakukan di rumah.
Malam itu kita pulang dengan hati lega, lega karna akhirnya anggota keluarga ini sudah lengkap lagi. Hochi duduk manis di jok belakang dan bahkan tidur dalam sepanjang perjalanan. Sesampainya di rumah, dia memang ga sesemangat kayak pertama kita jemput di klinik. Kita pikir itu karna dia harus menyesuaikan diri lagi setelah 1 minggu ga di rumah. Tapi kita kasih makanan juga ga disentuh sedikitpun, oh mungkin dia sudah makan tadi di klinik. Yang aneh bahkan setelah beberapa jam di rumah, anjingnya kok lesu banget. Kerjaannya cuma duduk, tidur dan kalau dipanggil juga ga ngerespon. Selama ini kalau udah sampe rumah dia pasti girang bukan main, rusuh sana sini, apalagi kalau diajakin main udah pasti nyaut. Ga lama kita perhatiin pas dia pup, ternyata (maaf) Hochi malah mencret. Mulai kita ngerasa ada yang ga beres karna seharusnya ga seperti itu apalagi tadi kondisinya udah membaik waktu kita jemput.
Pas kita kasih cemilan dan vitamin favoritnya dia sama sekali ga mau bahkan malingin mukanya. Selama ini mau sekenyang apapun ga pernah dia nolak 2 cemilan favoritnya itu. Cuma kita pikir mungkin dia masih stress karna harus adaptasi. Berhubung waktu itu udah malam, kita berdua tidur dan berharap besok Hochi sudah kembali ke Hochi yang biasa.
Keesokan paginya, kita nemuin Hochi dalam kondisi yang sama bahkan jauh lebih lemas. Dia bener-bener cuma duduk dan tidur dan sesekali mondar mandir gelisah. Pagi itu Hochi mencret lagi, kita udah rencana mau bawa dia ke dokter lagi takut kenapa-kenapa. Waktu kita bangun Hochi masih minum sedikit-sedikit, tapi sekitar mulai jam 9an sampai siang minumannya sama sekali ga disentuh. Saya ngeliat beberapa kali dia nyamperin minuman tapi begitu moncongnya diarahin ke air, dia ga jadi minum. Seolah-olah mual kalau mau minum. Pagi itu juga dokternya Hochi susah banget dihubungin, kita mau tanya baiknya gimana kira-kira. Apalagi hari itu hari libur saya ga tau apakah dokter masih praktek atau ngga kalau kita bawa ke klinik.
Akhirnya setelah dokter bisa dihubungi dia nyaranin kita untuk suapin makanan ke Hochi dan air minum yang paling penting. Kalau masih belum membaik kita disuruh bawa ke klinik. Siang itu kondisi Hochi bertambah buruk, kita suapin air minum dia bahkan ga mau buka mulutnya. Kita suapin makanan ke mulutnya tapi dilepeh sama dia. Sekarang dia bahkan cuma tertidur lemas sambil sesekali mengubah posisi. Waktu suami pegang mulutnya Hochi dingin, kita putusin buat langsung bawa dia ke klinik. Sungguh hari itu kita ga berpikiran apapun yang buruk, karna kondisi semalam sebelumnya waktu kita bawa pulang bener-bener udah keliatan membaik. Apalagi pas mau pulang dari klinik anjingnya juga semangat banget.
Siang itu waktu kita bawa ke dokter bahkan si Hochi udah sama sekali ga bisa bergerak dan saya lihat waktu bernapas pun kayaknya susah, matanya juga merem tapi ga menutup sempurna. Sampai di klinik, Hochi kita baringkan di kursi ruang tunggu karna dokter masih ada pasien. Waktu lagi nunggu giliran itu tiba-tiba Hochi (maaf) mencret darah. Jantung saya mau copot ke tanah, badan saya lemes liat Hochi kayak gitu. Padahal posisinya dia lagi tertidur lemas di kursi tunggu, dan cairannya keluar gitu aja. Jadi anjingnya sendiri bukan dalam posisi siap untuk buang air.
Setelah Hochi diperiksa sama dokter, yang paling kita takutkan pun terjadi. Jadi semalam sebelumnya waktu saya whatsapp, dokter memang sempet nanya anjingnya muntah apa ngga. Karna kalau muntah biasanya itu jadi pertanda penyakitnya udah parah. Tapi sepanjang di rumah itu Hochi sama sekali ga muntah. Dokterpun mikirnya mungkin dia cuma diare biasa dan waktu pagi saya bombardir dengan 1000 pertanyaan dia juga tampak tenang. Tapi begitu dia lihat gejala dan kondisi Hochi saat itu yang tiba-tiba diare darah, diduga Hochi kena Parvo virus. Virus ini menyerang dengan cepat memisahkan sel-sel dalam tubuh anjing dan yang paling parah menyerang sel ususnya. Parvo adalah penyakit yang serius dan berpotensi mematikan yang biasanya banyak menyerang anjing muda umur 6-16 minggu. Parvo virus ini juga ga ada obatnya, jadi chance untuk sembuh ya tergantung dengan kekuatan anjing itu sendiri, dibantu dengan tindakan medis dari dokter untuk memberikan infus untuk melawan dehidrasi dan kekurangan gizi pada anjing. Dokter bilang kalau bisa lewat 5 hari terhitung dari pertama dia diare darah, anjingnya pasti akan sembuh. Tapi kalau ngga ya kemungkinan besar akan lewat. Jadi 5 hari itu merupakan saat-saat kritis bagi si anjing.
Waktu denger dokternya ngomong gitu saya udah gatau harus ngapain. Ga percaya rasanya, padahal malam sebelumnya kita udah seneng-seneng bawa dia pulang dan anjingnya juga keliatan ga kenapa-kenapa saat itu. Kita bener-bener seneng karna Hochi akan pulang ke rumah. Akhirnya terpaksa Hochi harus kita tinggal lagi untuk diinfus dan dipantau sama dokter. Sebelum kita pulang, kondisi Hochi belum juga membaik. Dia cuma tertidur lemas dan ga bisa merespon sama sekali. Saya sama suami cuma bisa berdoa..
Kita pulang dari tempat dokter sekitar jam 2an. Jam 6 sore saya dapet kabar Hochi meninggal…
….
Hati saya hancur. Ga percaya kalau anjing kesayangan kami itu pergi untuk selamanya. Kita pikir setidaknya Hochi bisa bertahan untuk beberapa hari ini. Jangan secepat itu dia ninggalin kita. Ga adil. Di dalam mobil, saya dan suami cuma bisa nangis sesenggukan. Hati rasanya sakit banget. Kita bener-bener ngerasa kehilangan ditinggal Hochi. Dan kali ini untuk selamanya dia ninggalin kita..
Setelah nenangin diri, suami nyetir lagi untuk balik ke tempat dokter dan nguburin Hochi. Sepanjang perjalanan saya ga bisa berhenti nangis. Ada banyak skenario di otak saya. Ada banyak hal yang saya pertanyakan, ada banyak pihak yang saya salahkan termasuk diri kami sendiri. Sekian lama saya ga merasakan sakit dan kehilangan yang sampe kayak gitu, terakhir waktu kakek dan nenek saya meninggal. Kami berusaha untuk ikhlas, ikhlas ditinggal Hochi karna setidaknya dia ga perlu menderita lagi disini. Ga perlu lagi nahan rasa sakit yang luar biasa itu. Cuma pikiran kalau Hochi sudah bahagia disana yang bisa sedikit meringankan rasa sakit itu.
Saya ga pernah membayangkan hal ini karna memang saya ga mau membayangkannya. Cepat atau lambat memang akan tiba saatnya anjing untuk meninggalkan tuannya selamanya. Tapi hal ini terjadi jauh lebih cepat dari yang kami bayangkan. Waktu Hochi masuk ke keluarga ini, saya dan suami selalu berusaha untuk kasih yang terbaik buat dia. Bagaimanapun, detik saat kita ajak Hochi ke rumah kita udah bertanggung jawab sepenuhnya atas hidup dia. Kita carikan dia kandang yang besar, kandang yang terbaik supaya dia ga perlu merasa sempit atau ga nyaman untuk bergerak. Kita kasih dia dog food dengan kualitas yang paling baik, kita beliin banyak mainan dan tulang-tulangan buat dia gigit. Kita kasih semua perhatian yang bisa kita kasih untuk Hochi.
Tapi disinilah kami sekarang berhadapan dengan kenyataan kalau Hochi sudah ga ada lagi.
Ga ada lagi Hochi yang gedor-gedor pintu kamar ngebangunin kami tiap jam 6 pagi
Ga ada lagi Hochi yang selalu gigitin sapu dan pel rumah tiap saya bersih-bersih
Ga ada lagi yang akan pasang tampang andalan ga bersalah setelah ngubek-ngubek dan numpahin isi tong sampah di rumah dan sepersekian detik kemudian kabur karna takut diomelin
Ga ada lagi adegan kejar-kejaran dengan Hochi di rumah
Ga ada lagi Hochi yang tiba-tiba nyempil dan duduk di tengah-tengah kita waktu lagi duduk santai di sofa
Ga ada lagi yang akan nyembulin setengah kepalanya ke dalam kamar, waktu sekecil apapun dia lihat pintu kamar terbuka
Ga ada lagi Hochi yang ikutan nyempil waktu kita pelukan, ikut minta dipeluk
Ga ada lagi yang akan kesenengan begitu mau diajak jalan pagi atau sore
Ga ada lagi yang akan rusuh kesenengan lompat-lompat dan saya kesakitan kecakar kuku tajamnya
Ga ada lagi Hochi kesayangan yang akan nyambut kami pulang ke rumah
Ga ada lagi Hochi yang duduk romantis berdua dengan saya di tengah lapangan kosong depan rumah itu, seperti sore-sore waktu dia masih sehat 😥
Ga ada lagi yang akan tidur di depan pintu kamar, tempat tidur favorit Hochi
Ga ada lagi yang akan nyariin dan nyamperin saya kalau saya ngumpet di balik sofa
Ga ada lagi yang akan nungguin kami di depan kamar mandi setiap kali salah seorang di antara saya atau suami lagi mandi
Ga ada lagi Hochi untuk kami peluk….
Ada banyak skenario “seandainya” yang kami pikirkan. Tapi semuanya cuma buat kami makin ga ikhlas dengan kepergian Hochi. Kalau memang ini yang harus terjadi, mudah-mudahan memang ini yang terbaik menurut Tuhan. Setidaknya 1 hari sebelum kepergiannya Hochi sehat sebentar untuk kami lihat, kami peluk, bahkan untuk kami bawa pulang. Dia tau akan jauh lebih berat rasanya kalau tiba-tiba dia pergi ninggalin kita berdua gitu aja tanpa pertemuan terakhir. Dia memang anjing kesayangan. Hochi kesayangan yang akan dan selalu ada di hati kita berdua.
Mungkin umurnya masih terlalu pendek untuk pergi selamanya, tapi setidaknya dia sudah kasih 3 bulan yang ga akan terlupakan untuk kami berdua. 3 bulan yang berarti, dengan banyak kenangan indah. 3 bulan yang merubah pandangan saya seutuhnya terhadap anjing. 3 bulan yang memberi banyak pelajaran bagi saya dan suami. Dan mudah-mudahan selama masa hidupnya kemarin Hochi juga bahagia tinggal sama-sama kami. Ya Hoch? :’)
We miss you already Hochi. Do you happy up there? Life seems quiet without you, our home will never be the same. For memories of you will always linger and remain. Your napping spot, your feeding bowl, your toys, everything reminds me of you.
They say that time is a healer, but as the time goes on I seem to find it just as hard to face the fact you’ve gone. We love you so much Hochi and oh how we wish you were still here.. But I know that you are in a better place right know, where there is no pain anymore. The sands of time wil never wash away the love that we have for you. You’ll never be forgotten. We love you Hochi, and we’ll always do. Rest in peace our beloved dog, Hochi 🙂
Sleeping on mom’s lap. Till we meet again Hochi. Hug and kisses 🙂